
Kalau kamu pernah nyasar ke TikTok, YouTube, atau Tumblr dan ngelihat editan anime Tokyo Ghoul yang dihiasi bunga spider lily merah, pasti deh pernah denger lagu “Consume” dari Chase Atlantic ini. Vibenya dark, sound-nya dreamy tapi agak haunting, dan liriknya tuh kayak… perasaan yang nggak pernah bisa kamu ucapin. Tapi lagu ini tuh lebih dari sekadar musik latar aesthetic anime. Di baliknya, ada narasi yang surprisingly dalam dan terinspirasi banget dari dunia Tokyo Ghoul.
Chase Atlantic adalah band alternatif asal Australia yang beranggotakan Mitchel Cave, Clinton Cave, dan Christian Anthony. Mereka udah eksis dari tahun 2014 dan mulai dikenal karena musik mereka yang nyampur antara trap, R&B, rock, sampai emo. Gaya mereka tuh kayak The Weeknd, The 1975, dan XXXTentacion. Kalau aja mereka ngumpul bareng buat nulis lagu mungkin buatnya sambil overthinking tentang hidup.
Musik mereka nggak cuman catchy, tapi juga eksploratif. Mereka suka ngebahas topik-topik gelap kayak depresi, trauma, kematian, adiksi, bahkan krisis identitas hal-hal yang relatable banget buat Gen Z yang tumbuh di era serba cepat dan chaotic ini.
“We’re obsessed with how twisted and dark the human brain can be,” Chase Atlantic via Strand Magazine
“Consume” adalah salah satu lagu awal mereka yang rilis sebelum mereka meledak secara global. Lagu ini bisa dibilang kayak love letter ke anime Tokyo Ghoul. Tapi bukan love letter romantis, tapi lebih ke surat teriak dari seseorang yang ngerasa hampa, dibakar rasa lapar, dan kehilangan kendali atas diri sendiri.
Lirik lagu ini membahas soal keinginan yang nggak bisa dipuaskan. Ada rasa haus yang metaforis namun bukan haus air, tapi haus makna, cinta, atau eksistensi. Vibenya kayak: “gue pengen jadi manusia, tapi kok malah makin ngerasa kayak monster.” Dan yap, itu persis banget kayak arc-nya Kaneki Ken dari Tokyo Ghoul.
Apakah lagu ini beneran terinspirasi dari anime? ya. 100%. Lagu ini bahkan bukaannya langsung pake voice clip dari Rize Kamishiro, karakter antagonis di episode pertama Tokyo Ghoul. Suara Rize muncul di awal lagu, bikin atmosfernya langsung terasa mencekam. Banyak fans di Reddit dan Tumblr bilang ini semacam kode keras kalau lagu ini emang tentang Kaneki.
Dan Chase Atlantic nggak nutup-nutupin fakta itu. Dalam wawancaranya bareng Crunchyroll, mereka bilang “We literally made a song inspired by Tokyo Ghoul. It’s called ‘Consume.’ We were obsessed with that anime.” Mitchel Cave, via Crunchyroll.
Anime, khususnya Tokyo Ghoul, jadi inspirasi besar buat mereka karena anime itu punya cerita yang dalem, psikologis, penuh tragedi hal-hal yang jadi elemen utama dalam lirik dan gaya bermusik mereka.
Kenapa sih lagu ini identik sama spider lily?. Kalau kamu sering scroll video aesthetic “anime + sad song”, pasti tahu bunga red spider lily. Dalam budaya Jepang, bunga ini punya arti spiritual banget: kematian, perpisahan, transisi hidup. Di anime, bunga ini muncul pas ada momen kehilangan besar atau transformasi karakter.
Nah, lagu Consume dan spider lily tuh kayak dua benda yang berjodoh banget. Lagu ini ngebahas kehilangan identitas, perubahan diri, dan rasa sakit yang gak bisa disembuhin, persis kayak simbolisme bunga spider lily. Nggak heran kalau editan “Kaneki berdarah + bunga merah + Consume” banyak berseliweran di internet.
Lagu ini punya lapisan makna. Secara permukaan: ya, tentang rasa haus dan keinginan. Tapi deep inside, lagu ini juga cerita soal Self-destruction (Rasa lapar yang bukan untuk makan, tapi untuk rasa sakit yang nikmat dalam luka). Identitas hancur (Kayak Kaneki yang setengah manusia, setengah ghoul. Dia gak tahu dia siapa, dan pelan-pelan dikonsumsi sama “monster” dalam dirinya). Dan juga Mental illness, Banyak fans mengaitkan liriknya dengan depresi, BPD, atau trauma masa lalu yang bikin kita gak ngerasa utuh.
“Consume me like a drug / Let me feel the rush”, lirik ini bisa diartikan secara literal sebagai kecanduan, atau metaforis sebagai desire buat “mati rasa.”
Chase Atlantic gak cuma ngambil inspirasi dari visual anime, tapi juga psikologinya. Tokyo Ghoul terkenal dengan filosofi eksistensialnya “siapa aku sebenarnya?” Dan lagu ini menangkap esensi itu banget.
mengapa “Consume” relatable banget?, itu karena:
- Vokal dan beat-nya deep dan gelap, cocok buat malam-malam overthinking sambil mantengin ceiling.
2.Liriknya dalem: bukan cuma tentang cinta, tapi tentang eksistensi, kehampaan, dan self-destruction.
- Terinspirasi langsung dari anime populer: bikin relate ke tokoh seperti Kaneki yang ngerasa “bukan siapa-siapa”.
- Visual aesthetic dan simbolisme kaya: spider lily, darah, monster, dan rasa lapar yang tak pernah kenyang.
“Consume” bukan cuma lagu. Ini adalah perasaan yang dibungkus musik, lalu dikasih aesthetic anime buat bikin kita sadar: mungkin kita semua sedikit Kaneki di dalam hati kita masing-masing.